Langsung ke konten utama

Analisis Semiotika Pada Film Imperfect 2019

 


I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 

    Film merupakan produk dari media massa yang sangat populer. Film juga media hiburan yaitu merupakan salah satu fungsi dari komunikasi, film mempunyai tempat tersendiri bagi khalayak, dibanding dengan media massa lainnya. Tidak hanya menyuguhkan alur cerita yang menarik, namun juga gambar dan efek suara yang dapat menciptakan suasana bagi khalayak membuat film tidak pernah bosan untuk dinikmati.

    Film Imperfect: Karir, Cinta, & Timbangan adalah film yang diadaptasi dari novel karya Meira Anastasia. Film Imperfect ini menceritakan mengenai permasalahan yang dialami oleh kebanyakan perempuan di era sekarang ini, yakni masalah dimana standar kecantikan diukur dari fisik yang sempurna. Film ini juga akan mendedah isu soal body shamming atau mengejek bentuk tubuh serta mengajak penonton untuk mencintai diri sendiri yang disampaikan melalui cerita komedi.

    Imperfect merupakan film karya Ernest Prakasa yang kelima. Film - film yang sebelumnya disutradarai oleh Ernest adalah Ngenest pada tahun 2015, Cek Toko Sebelah pada tahun 2016, Susah Sinyal pada tahun 2017, dan Milly & Mamet pada tahun 2018. Ernest sendiri dalam instagram miliknya mengatakan bahwa film Imperfect telah ditonton sebanyak kurang lebih 2,6 juta penonton, menduduki posisi pertama dari seluruh film yang pernah dibuat oleh Ernest dan menduduki peringkat kedua film dengan penonton terbanyak tahun 2019.

    Imperfect bercerita tentang kisah perjalanan hidup Rara yang diperankan oleh Jessica Mila. Rara adalah seorang gadis yang memiliki tubuh yang gemuk dan berkulit sawo matang yang mencoba melawan bully, body shaming, dan beauty standart. Rara yang terlahir dari rahim seorang model sukses di era 90 -an bernama Debby (Karina Soewandi), harus menjalani hidup penuh tekanan lantaran seringkali menerima perilaku body shaming dan juga dibandingkan dengan adiknya yang memiliki perbedaan fisik yang signifikan.

B. RUMUSAN MASALAH 

    Agar pembahasan dapat tersusun secara sistematis maka perlu dirumuskan permasalahan. Kronologi permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

  1. Bagaimana representasi body shaming dalam film Imperfect?
  2. Apa saja pesan moral yang terkandung dalam film imperfect?

C. TUJUAN

  1. Menjelaskan tanda dan makna yang digunakan dalam film “Imperfect: Karir, Cinta & Timbangan” dalam merepresentasikan body shaming.
  2. Untuk mengetahui bagaimana isu sosial tentang bullying yang disebabkan oleh mitos kecantikan ini diangkat dalam sebuah media masa yang sangat popular yaitu film dengan menggunakan analisis semiotika. 

D. METODE PENELITIAN

    Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif lebih bersifat deskriptif dan data yang terkumpul berbentuk kata-kata sehingga mampu memberikan gambaran dari gejala-gejala sosial dan budaya pada masyarakat yang bersangkutan. Dalam penelitian ini peneliti akan memfokuskan pada tanda sebagai objek kajian, serta menafsirkan dan memahami tanda tersebut yang ada dalam film Imperfect sebagai objek penelitian yang memiliki adegan body shaming didalamnya. 

    Penulis menggunakan analisis semiotika dengan pendekatan Roland Barthes dalam menganalisis data yang ada dengan maksud untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai analisis semiotika pada Imperfect: Karir, Cinta, & Timbangan. Menggunakan semiotika Roland Barthes sebagai teori pendukung dalam menganalisis tanda, denotasi, konotasi serta mitos.


II. PEMBAHASAN
    
    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model tatanan pertandaaan Konotasi dan Denotasi Roland Barthes, peneliti akan mengamati makna tanda yang digunakan pada film Imperfect : Karir,Cinta dan Timbangan  yang  meliputi  elemen  visual. Subyek dalam penelitian ini adalah tanda verbal dan non-verbal. Yaitu dialog dan adegan yang  ada  pada  beberapa  scene  dalam  film Imperfect yang dianggap peneliti mampu menggambarkan makna representasi body shaming dan pesan moral yang terkandung dalam film ini.

Representasi Body Shaming :



a. Makna Denotasi 

Terlihat Rara yang masih tertidur dengan sangat pulas yang menguasi satu kasur berukuran besar dan membuat kasur tersebut berantakan. Tubuh Rara yang memiliki berat badan yang berlebih membuat kasur yang berukuran besar menjadi terlihat kecil. Deby membangunkan Rara karena sudah siang dan Rara hanya menjawab mamahnya dengan nada yang masih mengantuk.

 b. Makna Konotasi dan Mitos 

Makna konotasi muncul dari enam tanda pada scene ini yang telah teridentifikasi serta dialog yang berlangsung antara Rara dan Deby. Terlihat Deby memasuki kamar Rara untuk membangunkan Rara, tetapi Rara masih tertidur pulas dengan posisi tubuh yang menguasai kasur sehingga kasurnya pun berantakan. Guling terlempar jatuh, bantal dimana-mana dan selimut sudah tidak beraturan. Kasur, guling, bantal, dan selimut yang berantakan menjadi tanda bahwa Rara yang memiliki berat badan yang berlebih dan tubuh yang besar karena ia membuat kasur yang besar yang seharusnya cukup untuk dua orang menjadi untuk Rara sendiri dan membuat bantal dan guling berjatuhan juga karena tidak ada tempat. Deby juga menyamakan Rara dengan paus terdampar setelah melihat posisi tidur Rara yang menguasai kasur dan juga membuatnya berantakan. Paus terdampar dapat dimaknai sebagai kiasan dari bentuk tubuh Rara yang memiliki berat badan yang berlebih. Rara yang masih mengantuk hanya menjawab secukupnya saja. Mitos kecantikan yang ada di Indonesia terus berkembang hingga sekarang sudut pandang mengenai kecantikan berubah menjadi perpanduan antara karakter Korea, Barat dan Indonesia, dimana perempuan yang dianggap cantik yaitu yang memiliki kulit putih bersinar, badan langsing, makeup, gaya berpakaian modis dan wajah yang bersih mulus (Rahardjo, 2016). Deby merupakan tanda kecantikan yang sesuai dengan mitos kecantikan di Indonesia karena Deby memiliki kulit yang putih bersinar, badan yang langsing dan di dalam rumah pun pakainnya modis. Dengan kata lain Rara merupakan wanita yang tidak termasuk dalam kategori wanita cantik dalam mitos kecantikan di Indonesia karena memiliki berat badan yang berlebih. Tanda selanjutnya adalah dialog yang dilakukan oleh Deby yang termasuk dalam bullying verbal karena ia menyamakan Rara dengan ikan paus yang memiliki tubuh yang besar. Hal itu pun dapat terjadi karena Rara memiliki berat badan yang tidak sesuai dengan mitos kecantikan.



a. Makna Denotasi

Rara yang baru turun dari kamarnya bertemu dengan teman-temannya Deby yang sedang berkunjung ke rumahnya. Mereka menggunakan baju yang modis dengan lingkar badan yang kecil sesuai dengan mitos kecantikan, begitu pula dengan Deby dan Lulu. Sangat berbeda dengan Rara yang memiliki berat badan berlebih dan pakaian yang terlihat kebesaran karena menyesuaikan bentuk tubuhnya. Teman-teman Deby kaget melihat bentuk fisik Rara yang sekarang karena mereka merasa Rara terlihat berat badannya naik.

b. Makna Konotasi dan Mitos

Pada scene ini makna konotasi muncul dari lima tanda yang telah teridentifikasi serta dialog yang antara Rara dengan teman-temanya Deby. Pada scene ini teman-teman Deby sedanga berkunjung kerumahnya. Mereka yang merupak mantan model tentunya memiliki bentuk tubuh, penampilan dan pakaian yang sesuai dengan mitos kecantikan. Mereka merepresentasi dari mitos kecantikan di Indonesia. Rara yang baru turun dari kamar langsung disambut dengan teman-teman dari Deby yang sedang berkunjung ke rumahnya dan mereka kaget dengan bentuk fisik Rara saat ini. dapat terlihat jelas dari dialgo salah satu teman Deby “Rara kamu kaya gendutan ya. Gapapa seger”. Dalam dialog tersebut menyiratkan makna bahwa terlihat “gendut” itu salah. Mereka juga meragukan Rara yang memiliki bentuk fisik yang tidak sesuai dengan mitos kecantikan di Indonesia itu memiliki pacar, terlihat jelas dari dialog salah satu temannya Deby “Kamu tuh punya pacar ga sih?” dengan ekspresi wajah yang meragukan. Kemudian Lulu turun dari kamarnya dan salah satu dari temannya Deby membandingkan Rara dengan Lulu yang terlihat jauh berbeda. Dapat dimaknai dari scene ini bahwa definisi cantik sesuai dengan mitos kecantikan adalah seperti Lulu dan teman-temannya Deby yang memiliki tubuh yang langsung, kulit yang bersih putih, dan berpakaian modis. Berbanding terbalik dengan Rara yang memiliki berat badan yang berlebih, memiliki warna kulit yang agak gelap dan menggunakan pakaian yang biasa saja. Dalam buku The Bully, The Bullied, and The Bystander, Coloroso (2007) menyatakan bahwa bullying adalah suatu perilaku negatif yang dilakukan secara berulang-ulang, dilakukan dengan sadar dan sengaja yang bertujuan untuk menyakiti orang lain secara fisik maupun emosional. Rara yang terlihat kesal langsung saja pergi meninggalkana rumah karena sudah dijemput oleh pacarnya yaitu Dika. Dialog-dialog merupakan bentuk bullying verbal berbentuk kritik kejam. Dapat dililah dari ekspresi wajah Rara yang kesal dan sakit hati setelah mendengar kritikan dari mereka.

Representasi Kepercayaan Diri :


a. Makna Denotasi

Perkataan Ibu Sri terhadap Rara "Orang yang mau nyumbang   duit   itu   banyak". Kalimat tersebut  adalah kalimat yang   sebenarnya, artinya bahwa sangat banyak orang yang telahmenyumbang dan membagikan sebagian rezekinya untuk anak-anak tersebut.

b. Makna  Konotasi 

Perkataan Ibu Sri "Orang yang mau nyumbang waktu  sama  tenaga, itu  langka". Pernyataan tersebut ditujakan kepada Rara dan Dika yang menurut ibu Sri merupakan penyelamat  dan  penyemangat  anak-anak  yang telah putus sekolah untuk terus menjalani hidup ini dengan penuh semangat. Makna kepercayaan diri  dalam  scene  ini  ditunjukkan oleh  tokoh  Rara.  Rara  dengan  penampilannya yang  jauh  dari kata  cantik  yang  sempurna, tetapi tetap memiliki rasa percaya diri yang kuat dengan  menjadikan  dirinya  sebagai  relawan pengajar  di  Sekolah  Lentera  untuk  mengajar anak-anak.



a. Makna Denotasi 

Perkataan  teman  Debby  kepada  Rara  "Rara kamu kok gendut   lagi".   Kalimat tersebut merupakan makna yang sebenarnya, yang berarti teman Debby melihat fostur tubuh Rara yang tidak langsing lagi, dan menanyakan kenapa bisa terjadi seperti itu. Kata "gendut" di sini memang benar karena ucapan  tersebut secara  langsung  ditunjukan  kepada  Rara yang memang sudah tidak langsing lagi.

b. Makna Konotasi

Perasaan dan pernyataan Rara setelah mendengar perkataan  dari  teman-teman  Debby  "(Tertawa kecil) Ternyata cantik juga belum tentu bahagia,  Tante".  Kalimat  tersebut  merupakan kalimat Konotasi karena mengacu kepada perasaan Rara yang memiliki   makna lain dibaliknya. Rara tertawa bukan berarti ada hal lucu atau sedang berbahagia, ia tertawa karena telah  percaya  dengan  dirinya  yang  saat  ini, bahwa meskipun ia tidak langsing lagi ia akan dapat   menjalani   hidupnya dengan bahagia. Makna percaya diri dalam scane ini ditunjukkan oleh  Rara  dengan  pendirian  yang  teguh dan percaya,  meskipun  teman-teman  Debby  telah berbuat tidak seharusnya terhadap Rara dengan omongan-omongan   yang tidak mengenakan. Rara   tidak  peduli   dengan   omongan   teman-teman  Debby  dan  tetap  merasa  percaya  diri untuk  menjalani  kehidupannya  yang  seperti sekarang ini untuk menjadi lebih baik lagi. 


III. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa mitos kecantikan dapat menyebabkan seorang perempuan mengalami bullying. Semua itu bersumber dari tanda pada temuan yang telah dianalisis menggunakan semiotika Roland Barthes melalui sebelas scene dari film yang sudah peneliti pilih, mencangkup prilaku yang bullies (pelaku bullying) perlihatkan serta dialog yang mereka lontarkan kepada victim (korban bullying). Mitos kecantikan adalah hasil kontruksi media. Dimana mereka menggunakan sastra untuk membentuk ideologi baru tentang mitos kecantikan yang diyakini oleh semua perempuan. Sehingga menyebabkan mereka tertekan jika tidak memenuhi mitos kecantikan tersebut. 

Pada Film ini mengandung pesan moral yang mengajarkan kepada masyarakat untuk melihat bahwa sempurna tidak hanya karena bentuk fisik yang ideal, bukan tentang cantik, tinggi, putih, atau langsing tetapi lebih jauh dari itu. Apapun bentuk yang sudah diberikan Tuhan sudah seharusnya disyukuri karena manusia diciptakan sudah sebaik-baiknya bentuk karena manusia adalah makluk paling sempurna diantara makhluk lain.

Kepercayaan diri tidak bisa diukur dari seberapa manawan rupa seseorang rasa percaya diri berasal dari penerimaan diri sendiri serta suatu keadaan yang seharusnya memang diupayakan, sedikit demi sedikit merubah pola pikir bahwa kita tidak usah mepertanyakan apakah kita cukup tetapi tanamkan pada diri bahwa apa yang kita punya sudah cukup. Cantik tidak memakai Standard, Hidung mancung, berkulit putih, badan langsing, merupakan beberapa standard kecantikan yang sampai sekarang masih berkembang dimasyarakat dana masing beranggapan siapa yang tidak memenuhi kriteria tersebut tidak dianggap cantik, bahkan tidak jarang kebanayakan perempuan memakai filter dalam setiap fotonya agar diakui dimata masyarakat. Pada film Imperfect mengajarkan untuk berysukur dengan apa yang sudah diberikan Tuhan karena cantik yang sesungguhnya tidak memakai Standard.

Sumber :

http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI/article/view/1173/pdf 

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/31678/16321065%20Muhammad%20Aldiant%20Syah.pdf?sequence=1 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semiotika dalam Kehidupan

    Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)  memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.  Ada beberapa contoh semiotika yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan saya, antara lain: 1. Melambaikan tangan kepada teman ketika hendak pulang setelah adanya pertemuan. Dalam hal ini, tanda mengacu sebagai ucapan sampai jumpa. Makna disampaikan dari saya kepada teman yang ingin pulang dan menjadi tanda perpisahan dalam pertemuan, m

Review Jurnal Penelitian tentang Seni Rupa dan Desain

Jurnal Pertama  Judul : Kajian Semiotika Kartun Majalah Tempo Tahun 2019  Karya : I Wayan Nuriarta Objek Kajian Seni Rupa dan Desain : Kartun Majalah Tempo Tahun 2019 Pendekatan : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Teori : Dikaji menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Metode dan Analisis : Metode yang dipakai dalam peneliatian ini yaitu menggunakan teori semiotika.  Kesimpulan : Kartun Majalah Tempo tahun 2019 hadir untuk memberikan opini atau kritik di tahun politik. Tanda- tanda yang dihadirkan berupa teks visual dan teks verbal untuk menghadirkan narasi dari peristiwa. Secara denotasi, kartun-kartun Majalah Tempo mengahdirkan figur manusia seperti ibu rumah tangga, tokoh politik seperti ketua Umum partai dan juga figur manusia yang merepresentasikan penyidik KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Secara konotasi dimaknai sebagai kritik atas kehadiran para politisi di tahun 2019. Hal saya yang dapat diteliti dari jurnal tersebut : Salah satu pelajaran yang

Objek Kajian Semiotika Film Disney Moana

Pendahuluan Film memiliki nilai seni tersendiri,   karena   film tercipta   sebagai sebuahkarya dari tenaga-tenaga   kreatif yang   profesional di bidangnya. Film sebagai benda   seni   sebaiknya   dinilai   dengan secara   artistik   bukan   rasional. Film Disney Moana adalah sebuah film petualangan fantasi animasi computer 3D Amerika yang diproduksi oleh Walt Disney Animation Studios pada tahun 2016. Film ini mengangkat kehidupan mengenai Moana Waialiki yang diperankan oleh Auli'i Cravalho, seorang remaja petualang berlayar dengan misi berani menyelamatkan orang-orangnya. Alasan saya memilih kajian ini karena objek tersebut adalah film kartun yang dimana menggambarkan tokoh utamanya seorang gadis dengan sifat pemberani, mandiri, tangguh dan pantang menyerah dan dapat memotivasi diri saya agar saya bisa sepertinya dan mematahkan stereotype bahwa wanita adalah makhluk yang lemah, Isi Bentuk Formal : Film (Visual) Dalam penelitian ini, peneliti membatasi hanya merepresen